Kamis, 19 April 2012

Kartini-Kartini di Hari Kartini

kartini
 tanggal 21 April bentar lagi,  tiap tahun kita pasti merayakan hari kartini, pasti kalau bilang hari kartini yang diinget sanggul sama kebaya yang dipake anak sekolahan, trus di dandanin menor kaya orang mau kondangan. Tapi kita pernah tahu gak sebenarnya Kartini itu siapa??? Apakah dia beneran tokoh feminis??? Emansipasi yang kaya gimana sih yang di pengenin sama Kartini, Pernah tahu Kartini Agamanya apa??? Terus tahu gak “habis gelap terbitlah terang” itu terinspirasi dari Al-Qur’an???
Sebelumnya kita harus tahu sejarah tentang Kartini. Sebenernya kalau kita ngomongin Kartini, kayanya gak bakalan habis dibahas. Banyak tulisan yang ngulas tentang dia baik penulis luar ataupun dalam negeri, tujuannya sih beda-beda, tergantung kepentingannya buat apa.
Yang kita tahu nama lengkap dia adalah Raden Adjeng Kartini, tapi setelah nyari, banyak data yang bilang kalau nama sebenernya yang lebih tepat itu adalah Raden Ayu Kartini, Kartini lahir di Jepara jawa tengah, tanggal 21 April 1879.
Kartini itu anak priyayi atau bangsawan jawa, anak dari Raden Mas Sosroningrat, bupati jepara. Kartini itu anak dari istri pertama, tapi bukan istri utama, tahu alasannya kenapa??? Dulu jaman kolonial Belanda, kalau orang mau jadi bupati harus punya istri dari kalangan bangsawan, sedangkan ibunya Kartini yang bernama M.A. Ngasirah hanya anak dari guru agama yang bernama Nyai Haji siti Aminah dan Kiayi Haji Madirono di Telukawur, jepara. Nah jadilah bapaknya nikah lagi sama Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), saat itu poligami hal yang biasa banget deh,  Raden Adjeng Woerjan ini keturunan langsung Raja Madura, makanya abis nikah bapaknya Kartini di angkat jadi bupati Jepara.
Kartini keturunan dari orang-orang yang pinter, bahkan kakak Kartini yang bernama Sosrokartono, adalah orang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai umur 12 tahun Kartini sekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini Kartini belajar Bahasa belanda juga, tapi pas umurnya udah 12 tahun Kartini udah gak boleh sekolah lagi, karena dulu di umur segitu perempuan udah bisa di pingit, jadi harus tinggal di rumah.

Tapi semangat buat belajarnya gak pernah putus, karena dia bisa bahasa Belanda, di rumah dia mulai belajar sendiri, dan mulai nulis surat  buat temen-temenya yang berasal dari Belanda, salah satunya sama Rosa Abendanon. Dari buku, majalah, dan koran Eropa, Kartini tertarik sama kemajuan berpikir perempuan Eropa, dari situ Kartini pengen ngemajuin perempuan pribumi juga. Nah itu sebabnya Kartini di anggap pelopor pejuangan emansipasi di Indonesia, malahan akhir-akhir ini dia sering di hubungkan sama feminisme. Tahu kan feminisme itu apaan??? Feminisme itu adalah pandangan di mana perempuan seharusnya memiliki kebebasan secara penuh dan individual, aliran ini merupakan gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria.
Apa yang sering kita dengar atau yang sering orang omongin tentang Kartini itu sebenernya cuma sebagian dari proses hidupnya yang gelisah, tapi proses akhirnya  gak banyak terungkap. Padahal menjelang akhir khayatnya, pemikiran Kartini telah banyak berubah.
Gak salah juga sih ada orang yang bilang gitu karena awalnya emang Kartini di anggap memperjuangkan Emansipasi, mendobrak adat, dan berkiblat ke Barat, serta mengkritisi Islam. Gak heran kalau Kartini berpikiran gitu, karena di awal udah di singgung Kartini sering surat-suratan sama orang Barat yang punya niat membaratkan kaum ningrat di Indonesia, gak lain gak bukan tujuan akhirnya adalah agar mereka tidak melakukan perlawanan sama pemerintah Hindia Belanda pada jaman itu.
Sebenernya benarkakn emansipasi yang diinginkan kartini itu sama seperti yang sering di teriakan sama kaum perempuan jaman sekarang??? Ayo coba kita bandingkan. Pada jaman sekarang perempuan selalu bertindak atas dasar emansipasi “perempuan itu memiliki hak yang sama dengan laki-laki, tidak boleh ada yang melarang perempuan untuk melakuakan hal yang sama kaya laki-laki”. sekilas itu kaya bener, tapi sebenernya bukan itu yang di pengenin sama Kartini, dia hanya pengen pembebasan hak-hak perempuan yang terlalu di kekang saat itu, contohnya dulu perempuan gak boleh sekolah, gak boleh keluar rumah,
Tapi jaman sekarang banyak sekali yang , mengatas namakan Kartini untuk berbagai kepentingan kelompok, golongan maupun individu. Malah sebagian besar perjuangan mereka ini adalah kesetaraan gender, yaitu persamaan hak-hak laki-laki dan perempuan, ada yang salah??? Gak ada emang kalau hak-haknya gak bergeser, tepat pada tempatnya, setiap manusia emang memiliki hak, tapi antara laki-laki dan perempuan itu punya perbedaan yang amat jelas, lagi pula tak ada yang  pernah mau menyamakan kewajiban. Bahkan tokoh feminis sering ngomong “kalau lelaki di perbolehkan pologami, kenapa perempuan gak boleh poliandri???”, jadi benarkan ini yang diinginkan Kartini???.
Dari sisi spiritual keagamaan Kartini, punya banyak penilaian karena sering bersinggungan dengan banyak hal dan banyak orang yang punya banyak kepentingan.
Ada usaha untuk mengambarkan kalau Kartini itu sosok perempuan yang menganut faham Singkretisme,karena Kartini mengatakan bahwa dia anak Budha, sebab itu dia pantang daging.waktu dia sakit keras, Dokter yang nanganin gak bisa ngobatin, sampe akhirnya ada narapidana asal cina yang nawarin bantuan, buat ngobatin dia, dan di ijinin sama ayahnya. Pas itu Kartini suruh minum air  abu lidi dari sesaji yang biasa di persembahkan kepada patung kecil Dewa Cina, makanya dia dianggap sebagai anak leluhur Santi-kong dari Walehan, setelah minum air abu lidi persembahan untuk patung Budha, Kartini memang sembuh. Nah sejak saat itu Kartini pantang makan daging.
Tak hanya itu Kartini pun sempat di kabarkan sebagai Theosofi. Dalam catatan Saidi, orang-ornag Belanda gagal mengajak Kartini ke Belanda. Karena gagal maka mereka menyusupkan ke dalam kehidupan Kartini seorang gadis kader zionis bernama Josephine Hartseen.
Yang berperan penting untuk merekatkan hubungan Kartini dengan para elit belanda adalah Cristian Snouck Hurgroun jeorang yang mendorong Abendanon agar memberikan perhatian lebih kepada Kartini bersaudara. Hurgronje adalah sahabat Abendanon yang di anggap oleh Kartini mengerti tentang hukum agama Islam. Sampailah pertemuan Abendanon dengan Kartini di  Jepara.
Sebagai seorang orientalis, aktivis geraka politis etis, dan penasehat Hindia Belanda, Snouck Hurgronje juga menaruh perhatian kepada anak-anak priayi jawa lainnya, Hurgronje berperan mencari anak-anak dari keluarga terkemuka untuk mengikuti system pendidikan Eropa agar proses Asimilasi berjalan lancar.
Gerakan ini sama persis dengan gerakan Freemasonry, dengan lembaga ”Dienaren van Indie” (Abdi Hindia) di Batavia, yang menjaring anak-anak muda yang mempunyai minat dan bakat untuk mendapatkan beasiswa, kader-kader ”Dienaren van Indie” kemudia banyak yang menjadi anggota Theosofi dan Freemasonry.
Surat-surat Kartini kepada Abendanon. Orang yang di anggap cocok sama kehidupan batinnya dan hanya dia orang satu-satunya yang tahu. Seperti yang di tulis di surat-suratnya, Kartini mengakuai kalau ada orang yang mengatakan bahwa dirinyaTheosofi,  tanpa sadar dirinya telah masuk ke dalam pemikiran Theosofi.
Bahkan Kartini mengaku di perkenalkan pada ritual memanggil Roh, seperti yang banyak di lakukan oleh kaum Theosofi. Semangat perjuangan dan pemikiran Kartini juga sama seperti kaum Theosofi. Inilah kemudian, banyak para humanis menjadi sahabat akrab Kartini.
Kartini jilabab  
Selain teman yang seperti itu, kaum Muslimin di sekeliling Kartinipun memiliki pemahaman yang salah terhadap Islam, mereka mengajarkan Agama Islam, tapi gak pernah faham apa yang di ajarkan.
Kartini pernah berkeluh kesah di surat yang di kirimkan kepada temanya yang bernama Stella “Bagaimana aku bisa mencintai Agamaku kalau aku tak mengerti dan memahaminya, Al-Quran terlalu suci, tidak boleh di terjemahkan ke dalam bahasa apapun, di sini tak ada yang mengerti Bahasa arab. Orang-orang di sini belajar membaca Al-Quran tapi tak mengerti apa yang di bacanya. Kupikir pekerjaan orang gilalah, orang yang di ajar membaca tapi tak mengerti apa yang di bacanya” [surat kepada Stella, 6 Nov 1899]
Emang pada saat pemerintahan Hindia Belanda, umat muslim di bolehin baca Al-Quran tapi gak boleh di terjemahin, Cuma boleh belajar baca huruf arab(dan sampai sekarang masih seperti itu) ini taktik Belanda supaya umat Muslim Indonesia tak faham Al-Quran dan tak mengangkat senjata untuk melawan Kafir Belanda.
Suatu hari Kartini pergi ke rumah pamannya(Bupati Demak) yang sedang mengadakan pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga. Kartini tertarik pada materi yang sedang di berikan yaitu tafsir Alfatihah, oleh kiyai sholeh Darat. Setelah selesai pengajian Kartini mendesak pamannya untuk di pertemukan dengan kiayi sholeh Darat. Kartini menceritakan bahwa baru kali ini, dia mengerti makna dan arti surat Alfatihah, yang isinya begitu indah menggetarkan hati.
Menurut catatan cucu kiayi Sholeh Darat, Kartini pernah punya pengalaman yang tak menyenangkan saat mempelajari Islam, guru ngajinya marah karena Kartini menanyakan arti ayat Al-Quran.
Akhirnya kiayi Sholeh Darat, menerjemahkan Al-Quran, di tulis pake huruf arab gundul(pegon), sehingga tak di curigai penjajah, kitab tafsir dan terjemahan pertama ini di namakan kitab ar-rahman, tafsir pertama dengan bahasa jawa dan huruf arab. Melalui terjemahan kiyai Shaleh Darat itu juga, Kartini menemukan ayat yang menyentuh nuranunya Orang-orang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya (Q.S. al-Baqarah: 257).
Dari situ banyak surat yang di kirim ke Abendanon pake kata “dari gelap menuju cahaya” yang di tulis pake bahasa Belanda “Door Duisternis Toot Licht.”  Yang akhirnya di terjemahin balik ke bahasa Indonesia jadi “habis gelap terbitlah terang”. Banyak orang yang gak tahu tentang perjalan Kartini menemukan Islam dan perubahan pola pikirnya.
Sahabat emansipasi seperti apakah yang kalian perjuangkan sekarang?? Benarkah itu yang di perjuangkan Kartini dulu???
Setelah membaca sejarah secara rinci, Kartini tak meminta emansipasi, Cuma menuntut hak perempuan untuk dapetin pendidikan, kalau kita jeli mempelajari sejarah, sebenernya semangat Kartini bukan semangat Emansipasi, tetapi menuntut bahwa perempuan juga seharusnya di berikan hak untuk mendapat pendidikan, karena pendidikan jendela dari seluruh kemajuan.
Semoga tulisan ini bisa membuat kita tak hanya memperingati tanpa tahu maknanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar